"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak sekali-kali akan bersetuju atau suka kepadamu (Wahai Muhammad) sehingga Engkau menurut ugama mereka (yang telah terpesong itu).
Katakanlah (kepada mereka): "Sesungguhnya petunjuk Allah (ugama Islam itulah petunjuk Yang benar". dan Demi Sesungguhnya jika Engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka sesudah datangnya (wahyu Yang memberi) pengetahuan kepadamu (tentang kebenaran), maka tiadalah Engkau akan peroleh dari Allah (sesuatupun) Yang dapat mengawal dan memberi pertolongan kepada mu." (QS Al Baqarah : 120)
Tetapi kita melihat hari ini betapa yang mendahului perjanjian damai dengan musyrikin adalah di mulai dengan kaum muslimin. Inilah realiti akhir zaman bilamana pemimpin-pemimpin thaghut ini terus mengikut telunjuk kaum kafir. Namun Allah tidak akan membiarkan agama Islam terus dihina, dan setiap generasi akan ada sahaja mereka yang tampil membela agama Islam, inilah jalan ku dan jalan orang yang mencari cinta Allah, berjihad fi sabilillah. Ayyuhal mujahidun, teruskan perjuangan kalian, sesungguhnya tiada jalan mudah untuk memasuki syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai yang boleh diminum lagi lazat airnya.
Bahagian 3
Mimpi yang sebenarnya
Selanjutnya Muhammad Khalid Faruqi berkata, "Pada umumnya kalau terjadi penyerbuan kaum komunis, saya selalu melihatnya dalam mimpi". Bala bantuan berjatuhan kepada para mujahidin Seorang pemuda Arab bercerita kepada saya. Katanya, "Suatu ketika kaum mujahidin mengepung pasukan musuh di Mizari Syarif. Kebetulan Asadullah (Abu Asied) bersama dengan mereka.
Kaum komunis terkepung ketat, sampai makanan mereka yang ada habis. Akhirnya mereka minta bala bantuan dari pusat. Tak lama kemudian, pesawat pengangkut musuh datang menurunkan makanan dan obat-obatan kepada rekan-rekannya. Tetapi ternyata makanan dan obat-obatan yang diturunkan dengan parasut itu 88 buah peti jatuh di tempat para mujahidin, dan yang 12 peti jatuh di tempat tentara komunis".
Pertempuran di Zabruk
Muhammad Hasan, Komandan Jadran di Aurghun berkata kepada saya. Katanya, "Setelah pertempuran sengit dengan pasukan musuh selama seminggu, maka peluru senjata kami pun habislah.
Tiba-tiba pesawat terbang musuh mengirim bala bantuan melalui parasut kepada rekan-rekanya. Tetapi ternyata berpeti-peti peluru dan mesiu itu diterbangkan angin ke kubu Kaum Mujahidin". Haqqani berkata, "Saya melihat sendiri dengan kedua mata saya ini!"
Bau wangi sang Syahid
Saya (Abdullah Azzam) membawa surat yang diambil dari kantong Asy-Syahid Abdul Wahid, Panglima
Baghman yang tewas setelah Idul Adha tahun 1405H.
Surat yang terkena darah si Syahid itu wangi sekali baunya, meskipun sudah dua bulan surat itu ada di tangan saya sejak dia tewas". Surat yang terkena darah Yahya Siniyor, seorang mujahidin Arab berada di tangan Abdul Hasan Al-Madani lebih dari dua bulan. Namun bau wanginya masih tetap. Lalu sebagiannya ia kirimkan kepada keluarganya supaya mereka juga dapat membuktikan sendiri bau wanginya itu.
Bau wangi para Syuhada, dan bau busuk kaum kafir
Ghulam Muhyiddin dari Wardak bercerita bahwa pada bulan Ramadhan 1404H, kebetulan pada musim panas, telah tewas sebagai syuhada 15 orang mujahidin.
Selama tiga bulan mereka berada di udara terbuka, kepanasan dan kedinginan. Namun tidak seorangpun dari mereka yang berbau busuk, malah sebaliknya, bau mereka itu wangi. Selanjutnya Ghulam bercerita. Katanya, "Saya membunuh seorang komunis, ternyata bau busuknya tercium langsung".
Pasukan musuh tidak melihat kaum mujahidin
Abdul Quddus bercerita kembali. Katanya, "Pesawat terbang musuh menjatuhkan gas beracun ke tempat kami. Pada waktu itu kami bertiga berada di sana. Saya, putra saya, dan Asadullah. Kami tertidur di sana sejak pukul satu hingga pukul enam.
Pada waktu itu kami sedang berpuasa. Kekuatan musuh sekitar 200 tank dan 2000 prajurit. Mereka mencari kami kemana-mana dan lama sekali, padahal kami ada di depan mereka. Rupanya kami tidak terlihat oleh mereka. Setelah kami terbangun, kami melihat jejak kaki mereka ada di sekitar tempat kami tidur".
Lalu Allah tutup mata mereka sehingga tidak melihat Al Hajj Abdul Quddus dari daerah Musawi di Kabul bercerita kepada saya. Katanya, "Kaum komunis masuk desa dan bertanya tentang saya. Dalam razia yang mereka lakukan, mereka melihat saya dan meminta kartu pengenal saya.
Saya memberikannya dan ia melihat nama saya tercantum jelas di dalamnya, namun mereka tidak melihatnya. Mereka menyiksa orang kampung untuk mengetahui informasi tentang diri saya. Orang kampung itu berkata kepada mereka, "Yang berjalan di depan bapak tadi itu adalah Haji Abdul Quddus". Selanjutnya Abdul Quddus kembali berkisah, "Saya pergi ke taman dan tidur di situ. Mereka mengejar saya dan mencari kemana-mana, tetapi mereka tidak mendatangi tempat saya tidur".
Banyak orang ikut shalat jenazah bersama kami Muhammad Zhahir dan Abdul Zhahir bercerita kepada saya. Katanya, "Wilayah kami mendapat hujan bom dari musuh, tetapi banyak di antara bom itu yang tidak meledak. Lalu kami kumpulkan bom yang tidak meledak itu lalu kami letakkan di jalanan yang biasa dilalui tank-tank musuh.
Ternyata bom itu meledak dan berhasil menghancurkan 4 tank dan 7 mobil musuh. Tak lama kemudian datang pula 16 tank baru musuh, dan bom kembali meledak. Pada waktu itu bom juga menewaskan 5 orang mujahidin. Ketika kami men-shalat-i mereka, kami melihat ada tujuh shaf yang shalat bersama kami. Kami tidak tahu dari mana mereka datang dan siapa mereka itu, tetapi pakaiannya sama dengan kami. Sesudah jenazah di-shalat-i dan dikebumikan, mereka pun menghilang tiba-tiba".
Syahid pada hari perkawinannya
Faisal tewas sebagai syahid dua hari sebelum bulan Ramadhan 1403H. Jenazahnya tiba bersama dengan selesainya pakaian pengantinnya. Muhammad Nabi dan Khan Jul yang membawa berita itu mengatakan bahwa bau wangi darahnya lebih kuat dari wangi pakaian pengantinnya.Hujan kuning gas beracun dilawan dengan hujan dan angin
Hujan kuning gas beracun mengotori udara dan memabukkan para mujahidin, sampai akhirnya mereka tertidur (demikian keterangan Abdul Ghaffar dan Abdul Quddus). Selanjutnya mereka berkata, "Pada waktu itu jumlah kaum mujahidin sebanyak 90 orang, sementara musuh berkekuatan 100 tank dan 10.000 prajurit. Hampir saja kami meraih kemenangan melawan mereka, namun tiba-tiba bala bantuan pesawat terbang datang dan menghujani kami dengan hujan kuning (gas beracun). Untunglah angin kencang disertai hujan lebat segera menghalau gas beracun itu. Dalam pertempuran itu pasukan kami gugur sebanyak 72 orang, sedang di pihak Rusia sebanyak 2000 orang.
Al-Quranul Karim melindungi Muhammad Fatah
Ghautsullah bercerita kepada saya. Katanya, "Peluru mengenai dada Muhammad Fatah. Lalu ia melompat seraya berkata, "Aku terkena tembakan". Salah seorang mujahid yang ada di sebelahnya memeriksa dadanya, ternyata peluru itu hanya mengenai kulit luar Al-Quranul Karim yang ada di kantongnya".
Pertempuran Dauaab
Abdullah Khamus, alumni Universitas Islam di Madinah, dan salah seorang tokoh Al-Hizbu Islami di daerah Herat bercerita dengan disaksikan Najibullah, Khalifah Subhan, Komandan Umum Al-Hizbu Islami. Mereka bersumpah bahwa pada tanggal 10 Januari 1986 terjadi pertempuran antara pasukan Rusia (yang berkekuatan 650 tank, ditambah sekitar 1000 kendaraan berbagai jenis) dengan pasukan kaum mujahidin yang berjumlah sekitar 400 orang.
Pertempuran sengit itu berlangsung selama 7 hari dengan kerugian di pihak musuh 334 orang kafir tewas, 25 buah tank hancur, 113 orang tertawan, dan 64 pucuk senjata Klashenkov berhasil dirampas. Sedangkan korban di pihak mujahidin berjumlah 5 orang yang gugur, dan 20 orang cedera.
Kami tidak tahu bagaimana kami bisa selamat
Khalifah Subhan selanjutnya bercerita kepada saya. Katanya, "Kami berjumlah 4 orang memasuki Herat dan menembaki tiga mobil intelijen musuh. Lalu kami melarikan diri ke perkampungan yang ada di sekitar taman itu. Kami dikepung ketat oleh tank musuh, namun kami berhasil meloloskan diri. Kami tidak tahu bagaimana kami bisa selamat".
Satu peluru anti tank menelorkan kemenangan
Maulawi Syah muhammad dari Aurghun Paktia berkata kepada kami. Katanya, "Kami terdiri dari 8 mujahidin yang tengah diserang oleh dua tank musuh dan sebuah kendaraan lapis baja. Kami menembakkan semua senjata yang ada pada kami sehingga hanya tinggal sebuah peluru anti tank saja.
Kami bermunajat kepada Allah Ta'ala yang menentukan segalanya. Kami berdoa : "Ya Allah, Ya Rabbul Ardhi was-samawati, ya Rabbul 'alamin! Janganlah Engkau beri kesempatan kepada orang-orang kafir itu untuk menaklukkan kami. Ya Allah, kami hanya tinggal memiliki sebuah peluru anti tank saja. Menangkanlah wali-Mu dalam melawan wali thaghut". Lalu kami menembakkan peluru itu, dan ternyata langsung menghancurkan tank tersebut. Lalu mereka mengangkat bendera putih tanda menyerah. Demikianlah, dengan ijin Allah kami berhasil menaklukkan dan menawan mereka semua. Dua hari kemudian kami berhasil menaklukkan benteng musuh.
Benteng mujahidin merupakan tempat perlindungan
Komandan Abdul Jabbar dari Syulgher, Ghazni, bercerita kepada saya bahwa benteng Kanshaf pada mulanya berada di tangan milisi komunis. Kemudian kaum mujahidin berhasil menaklukkannya. Sejak tujuh tahun yang lalu, pesawat terbang musuh berusaha menggempur benteng itu, tetapi hingga kini benteng itu tetap utuh.
Sementara desa-desa di sekitarnya hancur luluh akibat keganasan pesawat terbang musuh. Kini kaum wanita, anak-anak, dan kaum mustadh'afin sudah benar-benar menyadari karramah benteng itu, hingga kalau ada serangan udara, mereka cepat-cepat berlindung di dalam benteng tersebut. Selanjutnya Abdul Jabbar berkata, "rumah saya ada di sebelah benteng itu, namun saya dan sanak keluarga saya Alhamdulillah selamat berkat perlindungan Allah Rabbul 'alamin".
Pasukan komunis tidak memasuki kamar Abdul Jabbar
Selanjutnya Abdul Jabbar berkisah, "Pasukan tank musuh mengepung desa tempat saya berada dengan kepungan yang ketat sekali. Akhirnya saya diam saja di dalam kamar, seraya berdoa : "Ya Rabb, saya duduk di dalam kamar ini dan Engkau satu-satunya Pelindungku. Engkau Maha Pengasih dan Penyayang kepada hamba-Mu yang lemah ini". Subhanallah, pasukan komunis itu memasuki dan menggeledah seluruh rumah penduduk, kecuali kamar tempat saya sembunyi!"
No comments:
Post a Comment