Tidak hairan jika kisah yang anda baca tidak logik dek akal, justeru mungkin ada sesetengah pembaca yang berpandangan cerita-cerita ini hanya rekaan. Tidak mengapa, anda boleh terima atau tidak kerana kisah ini saya bawa sebagai tarbiah untuk diri yang lebih utama. Tetapi bagi yang mengambil iktibar, insyaAllah, Allah pasti bersama. Firman Allah
Yang terbunuh justru mata-matanya
Ja'far, Komandan lima ratus Orang Mujahidin di Baghlan berbicara kepada kami seraya bersumpah. Katanya, "Kami bersama lima orang mujahidin memasuki desa Maumand, lalu tiga orang di antara kami sakit. Di desa Maumand ada delapan puluh orang yang bergabung dengan kami. Tidak lama kemudian kami terlibat kontak senjata dengan pasukan pemerintah, dan kami kehilangan seorang prajurit (tewas).
Sesudah kami menyiapkan segala sesuatu mengubur orang itu, kami keluarkan isi kantongnya. Ternyata di dalamnya ditemukan kartu anggota mata-mata pemerintah Kabul. Pada hari berikutnya, kami berhasil menawan beberapa orang pasukan musuh. Dari mulut mereka diperoleh pengakuan bahwa pasukan pemerintah mengetahui kedatangan kami ke daerah itu, karena laporan mata-mata tersebut.
Dua ratus orang komunis terbunuh
Selanjutnya Ja'far bercerita dengan bersumpah atas nama Allah. Katanya, "Saya bersama lima puluh Orang Mujahidin pergi dari Khard Kabul ke Baqhman. Selama dalam perjalanan itu kami sudah mengadakan beberapa kali operasi. Lalu, Kami pergi ke Kabul dan mengadakan tiga kali operasi di sana. Lalu kami mengundurkan diri. Ketika kami sedang mengundurkan diri, di luar Kabul kami bertemu dengan seorang pedagang sayur yang sedang menunggang keledai. Dia memberitahukan kepada kami bahwa akan segera datang kekuatan musuh.
Namun karena kami sangat letih, kami tidak menghiraukan perkataannya, malah kami sempat tertidur. Lalu kami mendapat serangan musuh yang terdiri dari 300 tank dan kendaraan lapis baja, serta 30 pesawat terbang (22 helikopter dan 8 jet tempur).
Maka kontak senjatapun tidak bisa dihindari lagi. Kami berada di daerah terbuka, tidak ada parit atau pegunungan yang melindungi kami. Sementara serangan pesawat terbang musuh beraksi dengan cekatan menghujani bom dan menembak secara gencar ke arah kami. Batu-batu yang ada di sekitar kami pecah berantakan terkena tembakan itu. Tetapi Kaum Mujahidin tidak ada satupun yang tewas. Setelah pertempuran usai, ditemukan ada 200 prajurit komunis yang tewas, sedangkan di pihak Mujahidin tidak seorangpun yang tewas, kecuali saya sendiri yang terluka".
Hujan turun untuk menghalau gas beracun
Fida' Muhammad bin Daud, pengawal pribadi Sheikh Sayyaf di Baghman berkata, "Kami bersama empat orang Mujahidin. Tiba-tiba kami diserang oleh sekitar 200 kendaraan lapis baja dan 6 pesawat tempur. Pemerintah Kabul mendapat info bahwa Kaum Mujahidin di Baghman ada 30.000, padahal di daerah tersebut hanya ada 30 orang Mujahidin.
Tiba-tiba salah satu pesawat musuh mendarat. Kami kira ia akan menyerah kepada kami, tetapi ia malah menembaki kami dengan gencar. Kamipun berhasil menghancurkan dua buah kendaraan lapis baja. Lalu pesawat-pesawat musuh itu melemparkan gas beracun kepada kami, sehingga kami tertidur. Tiba-tiba turun hujan dan angin, padahal cuaca terang. Maka gas beracun itu terhalau, Dan kamipun terbangun. Hujan berhenti dan kendaraan lapis baja dan pesawat terbang musuhpun pergi. Di pihak kami dan orang-orang yang membantu kami ada 12 orang yang mati syahid, sedang di pihak musuh ada 60 orang komunis.
Peluru kendali membakar kemah, namun tidak mengenai mujahidin
Perwira Umar Khandi Jur di Propinsi Baktia berkata, "Sebuah peluru kendali musuh berhasil menghantam kemah di Jur dan membakar hangus, tetapi Mujahidin yang ada di dalamnya tidak ada yang cedera. Kejadian itu terjadi pada 23 Syawal 1405H.
Orang-orang yang terluka wajahnya seperti bulan purnama
Selanjutnya Umar Khan bercerita dengan mengangkat sumpah. Katanya, "Pada hari kamis tanggal 11 Juli 1985 atau 24 Syawal 1405H, ada 26 orang Mujahidin yang terluka, dan saya melihat wajah mereka cakepnya (tampannya) bagaikan bulan purnama. Selama dalam perjalanan ke pusat kesehatan, tidak seorangpun yang mengeluh kesakitan"
Saya melihat cerahnya wajah si Syahid
Saya melihat seorang Syahid. Pada waktu itu saya bersama Jalaluddin Haqqani di Paktia, perbatasan Jur, dan juga bersama dengan serombongan pemuda. Lalu saya melihat cerahnya wajah si Syahid seolah-olah memancarkan nur/cahaya. Saya teringat firman Allah SWT yang berbunyi: "Wujuhun-yauma idzin nadhirah". Kami meneruskan perjalanan, lalu para pemuda itu satu sama lain bertanya, "Apakah kalian mencium bau wanginya?" "Ya" kata yang lain, "Wangi sekali."
Di daerah Lija, masih di kawasan Paktia, saya melihat bekas jatuhnya bom yang memancarkan mata air. Saya berkata kepada Abdul Aziz, kepala intelijen di Lija, "Cobalah anda ceritakan kepada kami tentang keramat yang pernah anda lihat. Dia seketika menjawab, "Apakah anda lihat lubang besar yang ditimbulkan bom musuh? Bom itu tidak menewaskan dan mencederai seorang mujahid pun, selain seorang wartawan Perancis yang kebetulan bersama kami pada waktu itu. Selain itu lubang tersebut malah memancarkan mata air untuk kami!"
Bola api berjatuhan dari atas menimpa kaum komunis
Asy Sheikh Mahmud, putra Maulawi Sirajuddin di Wardak bercerita kepada kami. "Pada satu ketika Kaum Mujahidin sedang menghadapi tank musuh yang berjumlah banyak sekali. Pertempuran berjalan sejak delapan hari yang lalu. Pada malam itu tiba-tiba bola api jatuh dari atas menimpa pasukan tank musuh, dan terjadilah ledakan dahsyat yang memporak-porandakan pasukan tank tersebut. Anggota tubuh manusia berserakan di sana-sini.
Melihat peristiwa itu, tank-tank yang selamat cepat-cepat mengundurkan diri dan kembali ke induk pasukannya".
Saya bertanya kepada Sheikh Mahmud Maulawi, "Bagaimana pendapat anda dengan kejadian itu?" Ia menjawab singkat, "Sama saja dengan peristiwa burung Ababil yang ada di Surat Al-Fiil. Dalam mengenang peristiwa seperti itu, renungkan pula ketika Rasulullah SAW melempari musuh-musuhnya dalam perang Badar dan Hunain dengan batu-batu kerikil dan dengan seizin Allah mengenai sasarannya.
Firman Allah: "...Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar. Tetapi Allah-lah yang melempar." (QS Al-Anfaal:17)
Banyak para Syuhada yang memberitahukan saat-saat syahidnya Selanjutnya Sheikh Mahmud berkata kepada saya. Katanya, "Banyak para Syuhada yang menyatakan kepada rekan-rekannya, misalnya : "Hari ini adalah hari perpisahan kami". Dengan ijin Allah dugaannya itu ditepatkan, antara lain Abdur-Rasyid, seorang pelajar dan pejuang. Dia mengucapkan selamat tinggal kepada saya, dengan ucapannya, "Hari ini adalah hari-hari terakhir kami". Tiga jam kemudian, diberitakan ia gugur sebagai syuhada. Para pelajar dalam perang jihad di Afghanistan besar sekali peranannya.
Peluru menyambar sorban Yarkhan, namun tidak melukainya Pada tanggal 15 Juli 1985, bertepatan dengan tanggal 28 Syawal 1405H, sorban Yarkhan (pemuda berusia 20 tahun) disambar peluru roket. Peluru roket itu meledak pada jarak dua meter dari kedudukan 15 orang Mujahidin, tetapi tidak mencederai siapapun, hanya sorban Yarkhan bolong-bolong. Ini terjadi di Lija, Paktia.
Seorang wanita keluar dari timbunan bangunan dua hari kemudian Muhammad Kasymir, pengawal Front Asy Syahid Fadhlu Ahmad di Herat bercerita kepada kami bahwa pesawat terbang musuh menggempur daerah pemukiman di Juzra. Sesudah dua hari para Mujahidin berhasil mengeluarkan seorang wanita yang tertimbun puing bangunan rumahnya dalam keadaan hidup.
Seorang panglima membunuh 25 orang komunis
Panglima Muhammad Zaman, salah seorang komandan di Syamkani bercerita kepada kami bahwa sekitar bulan Ramadhan yang lalu pada tahun 1405H, telah terjadi kontak senjata antara Kaum Mujahidin dengan orang Afghanistan yang komunis dan kafir.
Ia mendaki gunung dengan membawa senapan mesin Klashenkov. Tiba-tiba ia melihat di sana ada 24 orang komunis. Lalu ia sapu bersih dengan senjatanya. Mendengar tembakan gencar itu komandannya keluar, lalu Muhammad Zaman menodongkan senjatanya, padahal pelurunya sudah habis. Ia lalu cepat-cepat berteriak, "Berhenti!" Kemudian ia mengenalkan jati dirinya. Komandan musuh itu mengangkat kedua tangannya dan meletakkan senapan mesinnya. Muhammad Zaman cepat-cepat merampas senjata komandan itu dan menggiringnya ke pusat mujahidin, namun ia menolak. Akhirnya Muhammad Zaman terpaksa menembaknya untuk melengkapi jumlah yang tewas menjadi 25 orang.
Ular tidur bersama seorang mujahid
Nawazur, salah seorang Mujahid di Syamkani bercerita kepada kami ketika sedang giliran jaga malam beberapa bulan yang lalu, ia menderita pusing-pusing dan hendak tidur di tempat tidurnya (sleeping bag).
Pada waktu itu ia tidak merasa bahwa tempat tidurnya sudah ditumpangi seekor ular. Sesudah dua jam tertidur nyeyak, ia terbangun karena ada tembakan keras dan gencar yang ditembakkan musuh ke posisi Kaum Mujahidin. Ketika ia bangun, barulah ia merasa kakinya menyentuh sesuatu. Ia melompat dari tempat tidurnya, dan ternyata ia melihat seekor ular hitam besar menuruni tempat tidurnya dan ular itu keluar dari kemahnya tanpa mengusik seorangpun. Ada salah seorang Mujahidin yang hendak menembaknya, namun oleh Nawazur dicegah. Katanya, "Biarkanlah, ia mencintai para mujahidin!"
Sang panglima membebaskan keluarganya
Fadhlul Hadi Tawakuli bercerita kepada kami. Katanya, "Pada suatu hari pasukan merah Rusia menyerang Darwaz Kuf, di Badkhasyan. Para Mujahidin sudah meninggalkan desa itu, tinggal kaum wanita dan anak-anak.
Lalu pasukan Rusia menangkap istri dan ketiga anak Panglima Maulawi Abdul Wahhab berserta istri saudaranya, dan kemudian mereka membawa keluarga Panglima Maulawi ke lapangan terbang Khahan, markas pasukannya. Dalam markas ini kekuatan musuh terdiri dari sekitar 3000 prajurit, dan 30-40 pesawat terbang. Tidak ada tank dan kendaraan lapis baja, karena terletak di daerah pegunungan. Semua prajurit yang ada terdiri dari bangsa Rusia. Semua fasilitas hiburan militernya tersedia, termasuk gedung teater, dan lain-lain.
Aliran listriknya pun langsung dari wilayah Rusia.
Sebulan kemudian (ini terjadi pada tahun 1983), waktu pemerintahan Presiden Babrak Karmal, Maulawi Abdul Wahhab dengan pasukannya menyerbu pangkalan tersebut. Ia berhasil membunuh panglimanya dan tiga orang pengawalnya, serta tiga orang milisi komunis yang ada.
Kemudian ia membawa istrinya, istri saudaranya serta anak-anaknya. Ia juga berhasil membawa dua orang istri pimpinan komunis yang ada di dalam rumah itu. Tetapi istri Panglima Abdul Wahhab memohon kepada suaminya agar melepaskan kedua wanita itu, karena keduanya sangat baik kepadanya. Lalu ia pun membebaskan keduanya. Panglima Abdul Wahhab ini telah dua kali mengirimkan pasukannya ke pedalaman Uni Soviet. Pertama, ia mengirimkan tiga orang mujahidin menyeberangi Sungai Amu Darja dan meletakkan ranjau di pedalaman Uni Soviet.
Akhirnya ranjau itu meledak dan menewaskan delapan belas orang. Selanjutnya, pada pengiriman pasukan kedua, Fadhlul Hadi berkata, "Saya bersama dengan mereka, lalu ada mobil patroli mengawasi daerah itu di bumi Uni Soviet. Akhirnya terjadi kontak senjata antara kami dengan mereka, dan kami berhasil menewaskan mereka semua yang berjumlah empat belas orang tentara merah. Musuh tidak melihat Muhammad Khalid Faruqi dari Aurghun berkisah kepada saya. Kisah-kisah itu antara lain :
1. Pada masa pemerintahan Daud saya keluar dari rumah pada waktu zhuhur. Biasanya saya tidak pernah keluar rumah pada jam-jam seperti itu. Sepuluh menit kemudian rumah saya dikepung tentara. Saya pulang kembali ke rumah untuk meminta ijin kepada ayah, dan sesudah itu saya keluar lagi. Akan tetapi tentara yang mengepung rumah saya tidak melihat saya, meskipun saya keluar masuk di hadapan mereka.
2. Polisi mencari Ir.Hekmatyar dengan menggenggam fotonya. Surat jalan Ir.Hekmatyar diperiksa oleh 30 orang, tetapi ia tidak ditangkap. Saya kebetulan bersamanya.
3. Kami mempunyai tempat berkumpul di jaman pemerintahan Daud. Saya pergi ke tempat itu, sementara waktu itu mata-mata musuh senantiasa mengawasi tempat tersebut. Namun saya tidak ditangkap ketika saya keluar dari sana.
No comments:
Post a Comment