Namun kita sebagai hamba Allah tidak perlu khuatir kerana jika kita selalu berniat untuk syahid, nescaya akan mendapat pahala syuhada walaupun mati di atas ranjang. Namun perlu diingat, niat tanpa sebarang tindakan tiada gunanya. Dan kita seharusnya berusaha untuk menggapai syahid itu sendiri disamping berakhlak menurut syariat. Dari Sahl bin Hunaif ra berkata : Sabda Nabi saw, ” Sesiapa yang meminta Allah untuk mati syahid dengan sebenar-benarnya, Allah akan menyampaikannya ke mertabat Syuhadak walaupun dia mati di atas katilnya (mati biasa)” [Hadis diriwayatkan dalam Sunan Sittah kecuali Al-Bukhari].
Nah, santapan rohani untuk pembaca dan juga diriku, moga kita dipilih Allah kelak.amin. Kisah ini dikutip dari kunjungan ke blog-blog untuk bacaan semua. Moga kebaikkannya dikongsi bersama.
Anjing tidak menggonggong kepada mujahidin
Abdul Jabbar berkisah lain. Katanya, "Di desa Marya ada seorang tokoh komunis. Rumahnya dijaga oleh seekor anjing galak sehingga sulit diperhitungkan seseorang yang memasuki rumahnya akan selamat dari serangan anjing itu.
Pada suatu hari, Faidhanullah memasuki rumah itu hendak membunuh tokoh komunis tersebut. Ternyata anjing itu tidak menyalak sedikitpun. Faidhanullah berhasil membunuh tokoh komunis itu dan dia melarikan diri dengan sepeda motor. Tiba-tiba anjing itu mengejarnya, maka Faidhanullah menembakinya. Tetapi anjing itu mengejarnya bukan untuk mengigitnya, namun untuk mengikutinya. Hingga kini anjing itu selalu mengikuti Faidhanullah, seolah-olah ia berganti majikan".
Seorang mujahid yang mendapat tikaman bertubi-tubi
Syaifullah dari Baghman bercerita kepada kami. Katanya, "Telah terjadi pertempuran tidak seimbang antara kaum mujahidin dan kaum komunis. Dalam pertempuran itu kaum mujahidin gugur, tinggal seorang. Seorang mujahidin yang masih hidup itu berpikir, "Jika hendak melawan tidak mungkin, mau melarikan diripun rasanya sulit". Akhirnya ia pun merebahkan diri di tengah-tengah para mujahidin lainnya. Ia melumuri dirinya dengan darah rekan-rekannya.
Tidak lama kemudian orang kafir itu datang dan menikami para Syuhada itu satu persatu, seolah-olah hendak membalas rasa dendamnya, termasuk mujahid yang berpura-pura syahid itu. Namun hingga kini ia masih hidup, berkat ijin Allah Ta'ala. Orang-orang datang hendak memindahkan para Syuhada itu ke pemakamannya. Tiba-tiba mereka mendengar rintihan seorang mujahid yang pura-pura syahid itu. Dengan demikian selamatlah dia dari kematian dengan menakjubkan sekali.
Awan melindungi para mujahidin
Qadhi Ghulam Rabbani bercerita kepada kami. Katanya, "Kami se-peleton mujahidin. Pada waktu itu musim panas. Kami diserang pesawat tempur musuh. Kami yakin tidak ada jalan untuk melarikan diri atau bersembunyi. Tetapi tiba-tiba awan memayungi kami dan turunlah hujan lebat, padahal tidak terdapat awan di langit, selain yang ada di atas kami. Hal ini memberi kesempatan kepada kami untuk mengundurkan diri dan selamat dari serangan pesawat musuh".
Pengecutnya kaum komunis
Abu 'Ubaidah telah bercerita kepada saya. Katanya, "Kami berhasil memasuki Aurghun dengan sebuah tank, sedangkan kaum komunis memiliki meriam 120mm, RBG-7, dan 50 buah senjata anti-tank 106mm.
Kami berhasil memasuki tiga dari empat kubu pertahanan musuh, dan di dalam kubu keempat (menurut pengakuan pasukan musuh yang menyerah) ada 17 pasukan Uni Soviet". Selanjutnya Abu 'Ubaidah berkata, "Kami berhasil menangkap kaum komunis itu hidup-hidup di dalam kubu mereka. Mereka menggigil ketakutan melihat kami, padahal senjata Klashenkov dan selongsong pelurunya ada di sebelahnya".
Wawancara dengan mujahid terkenal
Muhammad Syadim, putra paman Arsalan dari Aurghun di Paktia bercerita kepada saya. Katanya, "Lima selongsong peluru sudah saya habiskan, tetapi kemudian semuanya berisi kembali, entah bagaimana?" "Lalu ada roket musuh ditembakkan kepada kami, namun roket itu kembali menghantam kubu penembaknya".
T: "Saudara Syadim, sejak kapan anda berjihad?"
J: "Sejak pemerintahan Taraqi pada tahun 1973"
T: "Kenapa anda ikut berjihad?"
J: "Kami berjihad untuk memerangi kaum komunis, musuh agama Islam, karena mereka hendak memadamkan cahaya (nur) Allah. Kami bertekad akan memeranginya sepanjang hidup kami"
T: "Apakah anda yakin akan dapat mengalahkan Rusia?"
J: "Insya Allah, kami yakin akan dapat mengalahkan mereka"
T: "Apa tanda-tanda keyakinan atau kemenangan yang anda yakini itu?"
J: "Kami melihat di seluruh medan perang Afghanistan adanya karramah (supernatural) yang mendukung jihad kami. Ini berarti jihad kami diridhai Allah Ta'ala"
T: "Tolong anda jelaskan kepada kami sebagian dari keramat yang anda ketahui, selain dari yang anda telah ceritakan. Apakah anda bersedia menyatakan sumpah atas kebenarannya?"
J: "Ya, saya bersedia"
Muhammad Syadim lalu berkisah. Katanya, "Kesatuan kami dihujani bom selama sepuluh jam, namun di antara kami tidak ada yang cedera.
Selain itu di lain waktu dalam pertempuran, kekuatan musuh di front sebanyak 18.000 orang, sedangkan kekuatan pasukan kami hanya 12 orang. 7 orang di antara kami gugur syahid, namun walau begitu kami masih mampu bertahan selama dua hari, dan Alhamdulillah, dalam kondisi demikian pun kami berhasil membakar dua tank serta meledakkan 4 tank lainnya dengan ranjau. Lalu pada hari ketiga datanglah bala bantuan dari pasukan Haqqani dan Arsalan"
T: "Bagaimana hasil akhir dari pertempuran itu?"
J: "Dengan ijin dan pertolongan Allah Ta'ala, pada hari pertama, kami berhasil membunuh seratus orang pasukan musuh, merusak 6 buah tanknya, dan pada hari berikutnya kami berhasil menghancurkan banyak tank lainnya, tetapi kami tidak tahu berapa banyak pasukan musuh yang tewas atau cedera".
Keberanian ahli Al-Quran
Asadullah, Panglima Kamp Usamah bin Zaid di Konar bercerita. Katanya, "Pada waktu itu Sheikh dan guru kami, Muhammad Amin Malkazi berada di tepi sungai Konar, dekat desa Basyt (Moskoa kecil). Tiba-tiba peluru mortir musuh berjatuhan di sekitar Sheikh, tetapi beliau tenang-tenang saja sehingga membuat para pemuda yang ada di situ merasa malu untuk melarikan diri. Namun Ja'far, salah seorang pemuda yang ada di situ pada waktu itu bersembunyi setelah dua mortir jatuh tidak jauh dari tempatnya. Asadullah bin Muhammad Amin berlindung sesudah empat buah mortir berjatuhan di sekitarnya.
Tetapi Sheikh Muhammad Amin, yang tatkala itu sedang membaca Al-Quranul Karim tidak bergeser dari tempatnya, meskipun tempat duduknya tidak terlindung dan meskipun di tempatnya tersebut berjatuhan sebelas mortir, bahkan mortir yang jatuh terakhir hanya setengah meter dari tempatnya duduk.
Kisah ini mengingatkan kami kepada Al-Barra' bin Malik yang berkata kepada para sahabat Rasulullah SAW dalam Perang Yamamah, "Aku adalah ahli Al-Quran yang paling buruk jika aku melarikan diri dari musuh". Lalu pada peperangan tersebut Al-Barra' yang dianggap sebagai pemegang panji minta digalikan tanah dan dia menanamkan kedua kakinya di sana agar tidak bisa melarikan diri dan bergeser dari tempatnya. Demikianlah keberanian ahli Al-Quranul Karim.
No comments:
Post a Comment