Saturday, June 26, 2010

Wabah Wahan, Penyakit Mematikan di Akhir Zaman

Al Wahan adalah salah satu penyakit yang menjangkiti manusia akhir zaman. Bahaya wahan jauh lebih dahsyat dari pada AIDS, TBC, Selsema Burung, atau Selsema Babi. Kerana penyakit ini akan mematikan hati dan ruh sehingga menyebabkan penderitaan yang panjang di dunia dan terlebih di akhirat.

Istilah wahan diungkapkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tatkala menjelaskan keadaan umat manusia di masa akan datang. Penyakit wahan ini menjadi penyebab utama segala keburukan dan kehinaan kepada umat Islam sehingga kerananya mereka menjadi bulan-bulanan musuh-musuh islam. Bahkan lebih tragis lagi, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengibaratkan mereka laksana makanan yang menjadi rebutan orang-orang rakus yang kelaparan.

Dari Tsauban radliyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Akan datang suatu masa, di mana bangsa-bangsa akan mengerumuni kalian seperti orang-orang rakus merebutkan makanan di atas meja.

Ada seorang yang bertanya, ‘Apakah karena pada saat itu jumlah kami sedikit?’

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Tidak, bahkan kamu pada saat itu ramai, akan tetapi kamu seperti buih di atas permukaan air laut. Sesungguhnya Allah telah mencabut rasa takut dari musuh-musuh kalian, dan telah mencampakkan penyakit al wahan pada hati kalian’.

Seorang sahabat bertanya: ‘Ya Rasulallah, apa penyakit al wahan itu?.’

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Al Wahan adalah penyakit cinta dunia dan takut mati’ “. (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan lainnya).

‘Al Wahan adalah penyakit cinta dunia dan takut mati’

Sebab-sebab Wahan

Penyakit wahan timbul kerana merasuknya cinta kepada dunia ke dalam hati manusia, seperti cinta berlebihan kepada harta, benda, takhta, wanita, dan lainnya. Dari kecintaan dunia yang sangat berlebihan ini nantinya akan melahirkan mental pengecut yang takut mati.

Cinta dunia dan takut mati saling berkait, laksana satu paket. Keduanya menjadi penyebab kehinaan dalam dien di hadapan musuh. Semoga Allah melindungi kita darinya.

Akibat dari penyakit wahan akan menumbuhkan keengganan berjuang dan berjihad untuk mempertahankan iman dan memperjuangkan agama. Padahal meninggalkan jihad merupakan sebab kehinaan umat ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ 

“Jika kalian berdagang dengan sistem ‘inah (salah satu bentuk riba), kalian ridha dengan peternakan, kalian ridha dengan pertanian dan kalian meninggalkan jihad maka Allah timpakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan dicabut sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan yang lainnya, dishahihkan oleh Al-Albani dalam al Silsilah, No. 11)

Lajnah Daimah dalam memberikan penjelasan dari hadits ini menyimpulkan bahawa dalam hadits terdapat celaan dan ancaman bagi orang yang sibuk dengan pertanian dan peternakannya di saat musim jihad. Dari situ dapat disimpulkan bahwa di antara dimaksud dengan Dien (yang menjadi penyelesaian dengan kembali padanya) dalam hadits ini adalah Jihad. Kerana solat, zakat, puasa, haji dan dzikir tidak akan mampu mengangkat umat ini dari kehinaan. Semua ibadah ini memang merupakan bahagian dari Ad-Dien dan mempunyai peranan penting, dalam melenyapkan kehinaan ini.

Cinta dunia dan takut mati saling berkait, laksana satu paket. Keduanya menjadi penyebab kehinaan dalam dien di hadapan musuh.

Manusia pada dasamya ingin kaya, pangkat tinggi, memiliki pangaruh yang besar, terkenal di mana-mana dan mempunyai isteri yang cantik. Manakala seseorang telah mencapai keinginannya sementara aturan-aturan Allah tidak dipergunakan dalam mengatur dan mengendalikan kekayaan dunianya, maka inilah yang disebut materialis, atau cinta dunia.

Faham materilisme ini sama sekali tidak dibolehkan dalam ajaran Islam, bahkan adalah merupakan musuh Islam yang tergolong utama. Faham ini merupakan warisan dari Iblis la’natullahi’alaihi, yang memang kehadiran dan keberadaannya di dalam diri hanya untuk menggoda agar manusia rosak, sehingga (pada akhirnya kelak) menjadi penghuni neraka bersama Iblis.

Kepada Iblis Allah Subhanahu wa Ta’ala bertanya: “Apakah yang menghalangimu sujud kepada Adam?” Iblis menjawab: “Aku lebih baik daripada Adam. Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau menciptakannya dari tanah ?” (QS.Al-A’raaf : 12).

Setidaknya ada empat hal yang menyebabkan timbulnya penyakit wahan dalam diri masyarakat muslim :

1. Kaum muslimin banyak yang belum memahami karakteristik ajaran Islam itu sendiri. Akibatnya, dengan mudah mereka menerima faham-faham yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Mereka hanya menerima hal-hal yang sesuai dengan tuntutan hawa nafsunya. Sedangkan hal-hal yang jelas berdasarkan prinsip-prinsip ajaran Islam dilihat dan dianggapnya sebagai suatu beban dan menyusahkan kehidupan. Mereka merasa ragu dan telah phobia terhadap Islam.

2. Pengaruh racun berfikir yang disuntikkan sejak lama oleh musuh-musuh Islam terhadap kaum muslimin. Proses meracuni pemikiran tersebut berlangsung dengan demikian halus dan tersusun, sehingga umat Islam menjadi lemah dan terpecah-belah. Hal itu sesungguhnya kita lihat dan rasakan.

3. Kekuasaan ketenteraan, politik dan pemerintahan yang tidak berada di tangan kaurn muslim sehingga urusan umat Islam diserahkan kepada orang-orang kafir lagi fujur, fasik dan munafik. Mereka menguasai kaum muslimin dalam berbagai bidang.

4. Untuk mewujudkan cita-citanya musuh-musuh Islam (Yahudi dan Nasrani) merancang taktik strategi untuk menghadapi umat Islam. Mereka memanfaatkan kekayaan, ilmu pangetahuan, dan teknologi yang mereka miliki untuk menghadapi dan memperdaya umat Islam. Sehingga situasi dan keadaan dunia lslam benar-benar dalam keadaan lemah, terbelakang, terpecah-pecah dan malah sesama umat Islam itu sendiri saling beradu dan bermusuhan.

Membasmi Penyakit Wahan

Penyakit wahan ini mampu diatasi dengan jalan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kembali kepada tuntunan ajaran Islam. Mereka yang merasa bahawa penyakit ini telah menghinggapi dirinya hendaklah melakukan langkah-langkah berikut :

1. Meningkatkan keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir, sampai pada darjat yakin. Dengan keyakinan ini penyakit cinta dunia atau takut mati akan hilang.

“Ketahuilah, bahawa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keredhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al Hadid :20)

2. Selalu mengkaji dan memahami ajaran Islam, terutama bidang akidah, yang merupakan inti ajaran Islam.

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang Hak) melainkan Allah.” (QS.Mubammad: 19)

3. Menghayati perspektif Islam terhadap konsep kebahagiaan dunia dan akhirat. Sesungguhnya Islam tidak mengharamkan dunia dan perhiasannya, akan tetapi menjadikannya sebagai alat untuk mencapai kehidupan dan kebahagjaan akhirat.

4. Meningkatkan dan memantapkan ibadah dan pendekatan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan demikian maka sifat qana’ahnya muncul dan menjadi citra diri dan kehidupannya. Rasa syukurnya semakin meningkat, dan tawadhu (rendah hati) akan menjadi benteng dan sekaligus penghias dirinya.

“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-Nahl:96).

5. Berjihad di jalan Allah dengan segenap kemampuannya yang ada. Karena orang yang berjihad telah menjual diri dan hartanya kepada Allah dengan surga. Dan ini adalah sebesar-besar ketundukan kepada-Nya dan sebesar-besar pengorbanan untuk-Nya. Maka tepat sekali jika Allah menjamin hidayah bagi orang yang benar dalam jihadnya.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ 

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Furqaan :52)

Oleh: Purnomo

No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails